Kami menikah akhir tahun 2019, rencananya sih, belum mau punya anak dulu sampai 2 atau 3 tahun kedepan, masih ingin jalan-jalan, nabung, dll. Ternyata Tuhan berkata lain, plan 3 tahun lagi, langsung dikasih 3 bulan setelah menikah. Kalo ditanya, kenapa gak jaga kalau gitu? Ya udah lahh tentunya, bahkan aku sampai download app menstruasi 3 jenis dan lainnya. Hahaha. Tapi udah dikasih mau gimana lagi ya.. Waktu awal baru tau sih aku agak stress. Bram sih santai aja, dia seneng-seneng aja. Tapi aku, sebagai orang yang cukup perfeksionis, choleric person dengan berbagai macam plan untuk masa depanku, begitu tau hamil jadinya hancur. Nangis-nangis 2-3 hari. Tapi aku juga untungnya orang yang move on nya cepet. Aku gak suka mikirin sesuatu berlarut-larut. Jadi, setelah nangis-nangis 3 hari itu, aku kembali normal, biasa aja seakan gak ada apa-apa. Hahaha. Karena dalam 3 hari itu aku memikirkan hal positif dari hamil saat ini. Misalnya, rencana kami tadinya tahun 2020 ingin banyak travelling, ternyata COVID muncul, jadi gak bisa jalan-jalan juga, mending pelihara anak saat ini kan jadinya. Haha. Lalu, karena aku kerja di gastronomie dan saat ini gastronomi hancur juga akibat COVID, semua pekerja gastronomie di Jerman, waktu jam kerjanya jadi berkurang, diminta ambil cuti, pemotongan gaji, dll. Jadi ya, nabung juga toh ga bisa banyak. Yang terakhir, kalau liat umur juga sebenernya udah cukup oke, jadi nanti masih punya kekuatan untuk main sama anak. Tapi tentunya setelah anak kami lahir nantinya dan dia udah masuk TK, aku bakal kerja lagi. Gak tahan juga diem dirumah terus.
Jadi ibu hamil di Jerman cukup enak menurutku. Selain karena gak ada tetangga dan ibu-ibu sok tahu yang kasih wejangan ini itu, suruh ini itu, komen gak penting dan menyudutkan ke ibu hamil, juga karena di Jerman program untuk ibu hamil udah sangat terperinci. Yang bikin aku yang gak tau apa-apa tentang anak dan kehamilan ini bisa merasa tenang. Karena kami tinggal di Jerman juga kan, salah satu kekurangan hamil di luar negeri sih, gak ada orang tua yang bisa bantu nantinya atau ditanya. Apalagi karena COVID, orang tuaku yang tadinya mau datang kesini saat aku lahiran jadi gak bisa deh.

Aku mau ceritain hamil di Jerman itu seperti apa. Begitu tau kalau kita hamil, langsung menghubungi Frauenarzt (dokter kandungan) yang biasa kita kunjungi. Kalau belum punya, langsung cari, karena kadang bikin janji dengan dokter kandungan bisa lama. Aku aja baru dapat dokter kandungan setelah menunggu 1,5 bulan. Iya, disini kalau ke dokter gak bisa langsung. Dokter apapun itu, harus bikin janji dulu lewat telpon, dikasih jadwal ketemu, baru bisa consul dengan dokternya, kecuali ada sesuatu yang Not atau darurat. Baru boleh langsung datang. Kalau karena tau hamil aja sih, bukan darurat ya. Hehehe. Disini juga dokternya kualitasnya hampir semuanya sama, perbedaannya hanya misalnya yang satu lebih aktif bertanya, yang satu gak banyak tanya, jadi kita yang harus aktif. Tapi dari skill sih hampir sama, jadi kalau disini gak ada yang misalnya dokter A terkenal bagus, jadi dokter itu akhirnya sangat populer di kalangan ibu-ibu, semua ibu hamil maunya kesana. Disini nggak gitu, cukup cari dokter kandungan yang paling deket dengan rumahmu aja. Yang bayar juga asuransi. Jadi tinggal dateng, daftar, selesai. Semua orang yang tinggal di Jerman diwajibkan punya asuransi kesehatan dan pembayarannya langsung di potong dari gaji tiap bulan, jadi kalau sakit atau hamil tinggal datang ke dokter, kasih lihat kartu asuransi dan selesai.
Dokternya juga gak bisa ganti-ganti. Kalau udah ke satu dokter, harus kesana terus, karena nanti setelah bertemu dengan dokternya pertama kali, kamu akan mendapatkan satu buku yang namanya Mutterpass. Disitu ditulis segalanya oleh dokternya, berat badan, tekanan darah, jadwal bertemu selanjutnya, keterangan pasiennya, dll. Pokonya, setiap selesai kontrol akan selalu dimasukkan data baru. Terus, kalau disini, kamu gak perlu sibuk cari tahu kapan harus kontrol lagi, kapan harus USG, kapan harus periksa darah, gak perlu. Cukup datang ke dokter pertama kali itu dan bilang kalau hamil, dapat Mutterpass, lalu sisanya dokter dan asisten dokternya yang membuat jadwal untuk kita. Seperti kapan kontrol selanjutnya, kapan USG, kalau ada riwayat diabetes atau sesuatu yang lain, tes gula darah juga. Mereka yang atur semuanya, kita hanya perlu datang sesuai jadwal yang ada. Seringkali mereka udah kasih kita jadwal sampai 3 bulan kedepan, kadang juga setelah kontrol diberi jadwal-jadwal tambahan oleh dokternya. Aku misalnya, ke dokter kandungan dalam sebulan biasanya 2 kali. Dan itu mereka yang atur jadwalnya, aku tinggal ikuti.
Untuk USG, karena yang bayar adalah asuransi, USG yang ditanggung oleh asuransi hanya 3 kali. 1 kali saat bulan ke 5, kali kedua saat bulan ke 7, dan kali ke 3 saat bulan ke 8-9. Kalau ingin tiap bulan USG juga boleh, tinggal bilang, tapi bayar sendiri. Yang dibayarin oleh asuransi hanya 3 kali. Bisa juga test yang lainnya, seperti down-syndrome test, atau test chromosome, tapi gak ditanggung asuransi juga, harus bayar sendiri. Tinggal bilang kalau ingin test seperti itu, langsung dikasih jadwal. Bayarnya nanti di hari test. Kalau aku gimana? Aku gak bayar apapun, aku hanya ikut jadwal yang ditanggung asuransi aja. USG 3 kali tanpa test-test ekstra. Orang lain gimana? Orang lain juga rata-rata seperti itu. ikut yang ditanggung aja. Kadang mereka minta test down-syndrome juga. Tapi aku memutuskan untuk gak test down-syndrome itu, biar gak stress aja. Let it flow aja jadinya hamil dibawa happy, kalau tau ada apa-apa kan jadi stress kasian bayinya juga. Lagipula biasanya disini, kalau tau anaknya ada kelainan, akan disuruh aborsi oleh dokternya, jadi karena itu gak sejalan dengan hati nurani dan agamaku, jadi lebih baik gak aku lakukan. Begitu. Hehehe.
Setiap kali kontrol ke dokter, pertama-tama kita akan masuk ke lab dengan asisten dokternya, timbang berat badan, cek tekanan darah, dan ambil darah untuk lihat kandungan hemoglobin dll yang nantinya akan mereka masukkan datanya dalam Mutterpass. Setelah itu, kita akan diminta untuk menunggu di ruang tunggu sampai nama kita dipanggil. Biasanya walaupun udah ada jadwal jam berapa consulnya, tetep harus menunggu 30 menit sampai satu jam sampai nama kita dipanggil. Disini juga, gak seperti di indo, walaupun di ruang tunggunya ada cukup banyak orang misalnya, jarang banget ada yang ajak ngobrol orang di sebelahnya, hampir semua orang diem-dieman, sibuk masing-masing. Maen hp, baca majalah. Hahaha.
Setelah nama kita dipanggil, masuk ke ruangan dokter, biasanya kita akan diminta melepas pakaian yang menutupi bagian bawah kita, celana dengan celana dalamnya, lalu diminta duduk di kursi typical dokter kandungan. Dokter akan cek per-vagina dulu, dilihat plasenta dengan air ketubannya apakah baik-baik aja, ada infeksi atau nggak. Kalau kehamilan masih dibawah 4 bulan, periksanya hanya per-vagina. Tapi diatas 4 bulan, setelah cek per-vagina akan di USG. Dilihat letak bayinya dimana, berat bayinya, detak jantung, dan pergerakannya. Loh, katanya USG hanya 3 kali? Sebenernya setiap pertemuan juga akan USG untuk cek perkembangan bayinya, tapi yang 3 kali itu ekstra namanya USG doppler. Dimana ceknya secara keseluruhan selain 4 hal yang aku sebutin diatas, juga di cek misalnya hatinya, peredaran darah ke jantungnya gimana, panjang bayinya, dll yang aku juga kurang tahu apa aja. Yang pasti kalau kontrol USG doppler pasti waktu kontrolnya jadi lama. bisa 30 menit di ruangan dan dokternya cari segalanya. Selama di USG itu juga ada layar di hadapan kita sehingga kita bisa lihat apa yang sedang dokternya lakukan. Selain yang 3 kali itu, dokter pasti USG, tapi layarnya gak diperlihatkan. Biasanya juga kalau tanpa USG doppler, kontrolnya cepet. 15 menit selesai. cek per-vagina, lalu USG, lalu duduk sebentar ditanya ada keluhan apa, kalau gak ada, selesai. Saat USG doppler itu juga kita akan dapat foto hasil USG. Kadang dapet yang 3D juga kalau dokternya sedang pakai yang 3D. Tapi, aku baru tahu juga, kalau gak semua klinik cek per-vagina tiap pertemuan. Ada yang 2 bulan sekali. Yang bagus sih tiap pertemuan di cek per-vagina juga.
Cerita dokter selesai. Selanjutnya, begitu kita tau kalau hamil, harus langsung cari Hebamme atau bidan. Hebamme yang datang ke rumah atau punya praktek itu jaraaannngg. Jadi semua orang yang hamil cepet-cepetan cari Hebamme, bahkan ada yang hari perkiraan lahirnya masih tahun 2021 udah cari Hebamme, karena begitu sulitnya Hebamme saat ini. Aku aja dapet Hebamme setelah telpon berpuluh-puluh Hebamme tiap pagi. Dan aku salahnya cukup telat carinya. Saat aku udah hamil 4 bulan. Wah? baru 4 bulan aja udah dibilang telat cari? Iya, rata-rata begitu mereka tahu hamil, langsung cari Hebamme. Buat apa sih bidan atau Hebamme? Disini, bidan akan membantu kita selama masa kehamilan dan setelah kehamilan, mereka juga mengadakan kursus persiapan kehamilan, dan bantuan lainnya, tergantung sertifikat apa saja yang mereka punya. Tiap bidan berbeda. Di Jerman, ibu hamil anak pertama sangat disarankan untuk punya bidan, kalau anak kedua sih terserah karena kan udah ada pengalaman. Selama masa kehamilan, kita boleh bertanya mengenai masalah kehamilan, misalnya punggung sakit, kaki bengkak, dll. Untuk itu Hebamme ada. Juga kalau mau Yoga, kalau hebamme yang kamu pilih punya sertifikat untuk itu, bisa minta juga. Lalu juga ikut kursus persiapan kelahiran yang juga diadakan oleh bidan yang punya sertifikat. Tentang kursus ini akan aku tulis ceritanya lain kali, karena panjang dan menarik. Mind blowing banget hahaha. Lalu setelah melahirkan, kalau bidannya yang datamg kerumah, dia akan datang beberapa kali selama 6 minggu untuk melihat keadaan bayinya, berat bayinya, keluhan ibunya, pokonya bayinya di cek kalau-kalau ada masalah dengan bayinya. Kita juga akan diajarkan cara memandikan bayi, kalau misalnya ada masalah dengan puting, asinya keluar sedikit, dll bisa kita tanyakan ke Hebamme atau ada juga yang akan langsung cek sendiri. Setiap bidan beda, makanya paling bagus kalau bidannya punya berbagai macam sertifikat, jadi mau apapun tinggal ke bidan yang sudah kita pilih, gak perlu cari bidan atau Hebamme lain lagi. Jangan pikir bidan kerjanya seperti suster-suster di Indo ya, yang bantu bawain tas anak, kerjain kerjaan rumah juga, kasih makan anak, gak gitu. Mereka hanya datang paling seminggu sekali selama 6-8 minggu pertama setelah melahirkan paling lama satu jam hanya untuk kontrol kondisi ibu dan bayinya. Gitu doank. Kenapa penting punya bidan? Karena kami disini rata-rata gak ada yang bantu, semua dilakukan sendiri, harus mandiri, bahkan yang orangtuanya ada disini juga, kami tetap harus mandiri. Gak ada yang namanya pembantu atau suster. Jadi pelatihan-pelatihan, pengecekan sebelum dan sesudah melahirkan tuh sangat membantu. Orang tua disini juga jarang yang ikut campur kehidupan anaknya, maka dari itu program hebamme ini ada. Bayarnya mahal gak? Yang bayar asuransi kesehatan, jadi hanya perlu memperlihatkan kartu kesehatan, selesai. Kecuali kamu ikut program lain seperti misalnya baby massage, k-taping, biaya ekstra.
Setelah itu yang terakhir, cari rumah sakit atau Geburtshaus (rumah kelahiran). Kenapa mesti cari RS? kan tinggal ikutin dokternya praktek di RS mana. Disini gak begitu sayangnya. Haha. Dokter kandungan kita gak ada hubungannya dengan RS. Demikian juga dengan bidan, walaupun yang akan membantu kita lahiran nanti bidan. Iya, yang membantu proses kelahiran kita adalah bidan atau Hebamme yang kerjanya di RS, tugasnya membantu persalinan. Dokter ada di RS juga tapi hanya untuk kejadian yang Not atau darurat. Misalnya tekanan darah tiba-tiba rendah harus langsung di operasi atau anaknya gak kuat didalem perut. Kalau ada kejadian yang darurat, baru dokter dipanggil, itupun bukan dokter kandungan yang biasa kita kontrol. Dokter dan Hebamme yang berbeda yang ada di RS. Dokter kandungan saat masa kehamilan udah tulis semua hal mengenai ibu hamil di Mutterpass. Buku itu aja yang akan jadi panduan dokter dan Hebamme di RS. Tapi jangan khawatir, karena dokter dan bidannya udah terpercaya kok. Maka dari itu, sebelum kita daftar RS biasanya ada setiap RS mengadakan Infoabend (seminar) sebulan 2 kali. Kita bisa bikin janji dengan RS untuk ikut Infoabend, disana akan diperlihatkan ruang persalinannya, kamar setelah melahirkannya, memperkenalkan dokter dan bidan-bidan yang ada disana, sistemnya dll. Kalau dirasa cocok baru daftar ke RS tersebut, kalau dirasa gak cocok, bisa cari RS lain. Daftarnya juga ada ketentuannya. Ada RS yang baru memperbolehkan kita daftar kalau kehamilan udah diatas 25 minggu, ada yang diatas 30 minggu, bahkan diatas 34 minggu. RS incaranku yang letaknya hanya 10 menit dari rumah baru menerima pendaftaran kalau kehamilan udah diatas 34 minggu, jadi aku masih harus nunggu untuk bisa daftar. Hahaha. Sekian cerita dari kehamilanku di Jerman. Doain supaya lahirannya lancar-lancar yaaa.. Hihihi..
Our Instagram:
2 komentar