
Aku lebih seneng kalau nulis di blog itu loncat-loncat. Maksudnya, gak selalu tentang satu tema. Padahal bisa aja sih, kayak misalnya beresin satu tema dulu, tentang hidup aku di Jerman, wedding, atau travelling. Cuma kayaknya membosankan kalau nulis temanya itu-itu doank, pengalaman hidupnya banyak sih. Hahaha. Kali ini, aku mau ceritain tentang the story behind our holy matrimony. Yuhuuu.. Orang-orang yang suka baca blog aku mungkin tau, kalau aku dan Bram sampai saat ini masih tinggal di Jerman yang entahlah bakal pulang Indo lagi suatu saat nanti atau pindah warga negara akhirnya. Ikutin jalan dari Tuhan aja. Haha. Karena itu juga, persiapan buat wedding kami yang udah berlangsung di akhir tahun 2019 super hectic. Karena kami di Jerman, sementara weddingnya diadakan di Indonesia. Apalagi kami berasal dari kota yang berbeda juga di Indonesia. Bram dari Surabaya, aku dari Bandung. Untung masih sama-sama pulau Jawa. Haha. Aku juga pernah cerita disini (Sangjit (acara tunangan Chinese) ala kami), kalau orangtua kami hanya pernah bertemu beberapa kali saat akan sangjitan itu. Jadi ya ribet juga urusnya karena mereka belum deket juga, jadi masih canggung satu dengan yang lain. Hehe.
Karena kami udah tinggal di Jerman cukup lama (aku sih 6 taun), jadi aku udah gak punya banyak temen lagi. Paling hanya beberapa orang yang kadang masih kontak, sisanya sebatas liat di sosial media aja. Demikian juga dengan Bram. Jadi agak ribet waktu mau memilih Event Organizer dan lainnya. Tadinya, kami hanya akan mengadakan acara di Surabaya. Yang aku pikir, tunangannya kan udah di Bandung, jadi nikahan biasanya ditempat cowonya, jadi kami berencana mengadakan pemberkatan dan resepsi di Surabaya. Tapi ternyata, gereja yang biasa Bram dan keluarga kunjungi saat itu sedang di renovasi, sehingga kami gak bisa melakukan kebaktian pemberkatan disana. Orangtua Bram juga memegang paham dimana kalau kebaktian pemberkatan pernikahan harus diadakan di gereja, gak boleh di hotel. Singkat cerita, kami memutuskan untuk mengadakan kebaktian pemberkatan di gerejaku di Bandung. Yang menurutku pada akhirnya menjadi sangat ribet. Apalagi saat itu aku hanya bisa pulang Indo selama 2 minggu dan Bram 4 minggu saja karena pekerjaan kami.
Karena kebaktian pemberkatan diadakan di gerejaku di Bandung, jadi, mau gak mau, setelah kebaktian kami mengadakan resepsi kecil. Karena akhirnya, teman-teman, keluargaku yang kebanyakan tinggal di Bandung memutuskan untuk hanya datang ke kebaktian pemberkatannya aja. Tadinya mamaku hanya akan memberikan nasi kotak setelah kebaktian, tapi kalau begitu ceritanya akhirnya kami harus buat resepsi kecil setelah kebaktian di gereja. Dibandingkan orang lain yang biasanya mengadakan pernikahan di Indonesia, jumlah undangan kami gak terlalu banyak. totalnya kalau gak salah 250 undangan, dan bebas mau datang ke acara di Surabaya atau Bandung.
Untuk acara pemberkatan ini, kami gak menggunakan Event Organizer, karena kami pikir akan mudah. Ternyata nggak mudah. Haha. Kami hanya mencari catering dan salon. Karena aku saat itu juga sibuk dengan pekerjaan, agak sulit untukku saat itu untuk cari-cari catering atau salon dan kami juga gak mau mengeluarkan banyak biaya. Kami pikir, mending uangnya disimpen untuk liburan atau ditabung daripada habis untuk menyenangkan orang lain satu hari yang belum tentu bener-bener peduli dengan kita. Haha. Beberapa teman yang aku tanya tentang salon hanya mengusulkan salon-salon ternama di Bandung, yang akhirnya gak aku pilih. Haha. Catering akhirnya didapatkan mamaku dari sebuah Wedding Event atau apa gitu, dan mamaku cukup senang dengan makanan yang mereka tawarkan. Jadi langsung fix aja. Karena aku gak ikutan coba dan tanya-tanya, jadi aku oke-oke aja.
Pertengahan tahun 2019, aku pulang Indo lagi untuk 2 minggu aja untuk mengurus pernikahan. Tadinya aku gak mau pulang Indo, karena aku pikir lebih baik cutinya diambil di akhir taun nanti waktu nikahan, daripada 2 minggu tengah tahun dan 2 minggu lagi akhir tahun. 1 minggu lagi sudah aku ambil di awal taun 2019, juga untuk pulang Indo saat acara sangjit itu. Alasan lain, selain tiket ke Indo mahal, juga capek, 2 minggu cuti pulang Indo, 4 hari habis diperjalanan, belum lagi harus ke Surabaya juga perjalanannya habis seharian, sementara disana hanya 3 hari yang hectic, sisanya urus di Bandung, belum lagi setelah sampai Berlin lagi harus langsung kerja lagi. Seringkali jadi emosi jiwa tiap kali mikirin wedding saat itu, karena gak sesuai dengan yang aku mau. Padahal 2019 menurutku sudah ada internet dimana-mana. Bisa skype dll, dan tengah taun mau coba baju juga gak berguna karena aku belum mulai diet, yang akhirnya memang gak berguna, karena baju yang dicoba saat tengah taun itu, bridalnya bilang harus diperbesar 7 cm, lalu akhir tahun, saat aku datang lagi untuk pernikahan, pada akhirnya harus dikecilkan 2 cm karena dietku berhasil. Kan jadi percuma menurutku udah pulang Indo tengah taun itu. Tapi yasudahlah yaaaa, memang harus begitu jalannya. Haha.
Cerita di Indo ini panjang, tapi di postingan kali ini, aku hanya cerita tentang pemberkatannya aja, resepsinya di post yang berbeda. Banyak hal yang aku syukuri dari acara pemberkatan ini. Mamaku biasa jadi seksi dekorasi dengan temannya untuk acara-acara gereja, jadi mamaku dan temannya itu bilang kalau mereka yang akan mendekor gereja dan bagian aula gereja, jadi aku gak perlu cari vendor untuk dekor lagi. Aku hanya diminta bayar berapa juta yang bener-bener gak mahal dan hasilnya bagus. Kami sangat puas dengan dekornya. Hände hoch untuk ci Nita dengan mama. Musik selama kebaktian dari pemain musik di gerejaku, hände hoch untuk ka Oni dan ci Linda sebagai Worship Leader hari itu dan musik selama resepsi kecil di aula dari anak remaja yang bilang bersedia untuk membantu. Hände hoch untuk Acul dan kawan-kawan. woooww.. Acul dkk hanya aku kasih beberapa juta, gak banyak hanya untuk mereka makan bareng paling dan coklat Jerman untuk semua yang membantu. Hehe. Ah lupa, foto- dan videografer kami dapatkan dari satu saudaraku yang ternyata punya saudara fotografer. Haha. Jadi kami bayar juga gak terlalu mahal untuk foto dan video. Hasil foto-fotonyaa juga superb. Kami puas dengan hasilnya.
Seperti yang sudah aku ceritain di atas, aku pikir, acara pemberkatan akan mudah, jadi kami gak mencari EO, ternyata ribet karena harus bangun sangat pagi, ada acara pagi juga, foto-foto juga, yang ternyata lebih ribet daripada persiapan resepsi. Tapi sekali lagi kami bersyukur untuk keluarga kami yang baik, mau bantu jadi EO dadakan. Sepupuku dengan istrinya kebetulan punya pengalaman dalam bidang EO, jadi mereka menawarkan untuk membantu waktu tau kami gak ada EO di Bandung. Hände hoch untuk ko Bilga, ci Evelyn, Bina, Bilhan, Yung2, Monic, Vanny yang udah bantu kami di pemberkatan. Ci Evelyn, ko Bilga, Bilhan bantu sibuk morning call, siapin mobil-mobil, juga ko Bilga jadi MC di acara resepsinya, Bina, Yung2 bantu urus meja catering di gereja, juga Monic, Vanny, Indra yang siap dimintain tolong yang juga bantu terima angpao dan kasih bingkisan. Juga kukuh Ufa sebagai sponsor sepatu nikahan yang jadinya aku gak perlu beli lagi. Hahaha. Kami sangaaatt bersyukur punya saudara-saudara yang siap seperti kalian. 😀 Bahkan mereka hanya aku kasih coklat jerman sebagai tanda terimakasih. :’)
2 hari sebelum pemberkatan, dimana keluarga Bram juga sudah sampai di Bandung, kami mengadakan meeting terakhir bersama dengan orang-orang yang terlibat di Bandung dan gladi bersih. Ci Eve dengan ko Bilga yang susun semua acaranya, pimpin acaranya, sehingga kami yang gatau apa-apa bisa cukup tercerahkan hari itu. Mereka berdua juga sangat membantu dalam morning prosesi di hotel. Aku dan Bram gak ngerti apapun, hanya ikutin arahan mereka. Haha. Di tradisi Chinese ada yang misalnya jalannya harus mundur, makan misua, makan ronde, terus juga cowonya bakal dikerjain dulu untuk jemput cewenya, dll. Jadi bener-bener danke ke mereka berdua. Di gereja hari itu juga ada kebaktian tutup tahun, jadi kebaktian pemberkatan kami baru diadakan pukul 11 setelah kebaktian selesai. Acaranya puji Tuhan lancar dari awal sampai akhir, makanan juga cukup, kami juga bisa langsung catatan sipil di gereja setelah pemberkatannya selesai, makasih mama yang udah bantu urusin. Tapi gak menarik kan kalau dalam satu acara gak ada yang failednya. Haha. Untuk acara pemberkatan ini, yang menurutku failed adalah makeup dan rambutnya. Waktu test makeup hasilnya bagus, cantik. Tapi di hari H, mungkin cicinya panik, atau mungkin dia gak sanggup makeup terlalu banyak orang yang padahal kami udah bilang sebelumnya, kalau gak sanggup, untuk keluarga Bram akan cari MUA lain, tapi dia bilang sanggup, akhirnya di hari H, aku ngerasa makeup aku jelek. Ketebelan bangeeettt, kayak tante-tante, rambutnya juga gak bagus seperti saat test makeup, yang akhirnya bikin aku gak pernah pengen liat foto-foto wedding di Bandung. Karena aku ngerasa begitu jelek. Haha. Sekian.
Our Instagram is below here. Any questions on another Insta won’t be answered, just because the other one is my personal Socmed.
Satu komentar