Apply (daftar) visa Ausbildung Jerman

Kali ini aku mau cerita waktu aku apply visa ausbildung untuk pertama kalinya, yang sampe nangis darah itu. Hahaha. Maksudnya cuma mau bilang aja sih segitu susahnya dapet visa ausbildung waktu itu.  Waktu itu tahun 2015 kalau gak salah. Masih belum banyak Ausländer (orang asing) yang ikut ausbildung. Rata-rata kuliah. Flüchtlinge (pengungsi) juga belum banyak, jadi, waktu aku apply visa ausbildung di Berlin, orang yang ngurusnya juga agak bingung-bingung. Setau aku sih masih sampai sekarang seperti itu. Belum ada aturan tertulis yang jadi patokan bikin visa ausbildung. Semua tergantung hoki, orang yang ngurusnya gimana, dan pastinya kehendak Tuhan. Hehehe. Jadi aku juga gak bisa tulisin persyaratan dapet visa ausbildung apa aja, karena sampai sekarang, setiap orang diperlakukan berbeda-beda. Aku hanya mau cerita pengalamanku aja.

Seperti yang udah aku ceritain waktu aku lamar Ausbildung (Cerita daftar Ausbildung di Jerman), aku udah dapat tempat yang mau menerimaku Ausbildung. Tinggal urus visanya. Disitu juga aku ceritakan kalau aku memutuskan untuk praktikum dulu selama 3 bulan karena aku punya waktu kosong sampai Ausbildung dimulai. Aku udah mulai urus visa dari 3 bulan sebelum visa Aupair-ku habis. Aku apply di kantor imigrasi Berlin ya, bukan di Indonesia, karena aku sedang Aupair di Berlin saat itu.  Dokumen yang aku siapkan saat itu adalah surat kontrak kerja, Anmeldebescheinigung (sertifikat yang menyatakan aku tinggal di Berlin), lampiran bank yang waktu itu ada 2000an€, formulir daftar visa, dan Arbeitsbescheinigung (sertifikat kerja dari hotel). Kalau gak salah itu aja sih. Agak lupa juga.

Buat datang ke kantor imigrasi Berlin ini agak susah, karena terlalu banyak orang yang juga butuh visa, jadi sangat susah untuk membuat janji dengan mereka, hampir tiap kali buka website mereka untuk booking janji, selalu udah habis. Jadi, aku pakai cara kedua, yaitu antri dari subuh. Iya seribet itu. Kalau kantornya buka jam 7, 3 jam sebelumnya minimal udah mulai antri, jadi jam 4 subuh aku udah antri didepan kantornya. Karena kalau nggak seperti itu, kami gak akan dapat nomor antrian yang terbatas setiap harinya. Itupun biasanya setelah antri dari jam 4 subuh, gak akan dapat nomor awal, tetapi agak tengah, jadi setelah kantornya buka masih harus menunggu 2-4 jam lagi.

Singkat cerita, aku berhasil dapat nomor antrian. Saat nomorku tercantum di layar, aku masuk ke ruangan yang ditentukan. Aku menjelaskan tujuanku datang kesana dan menyerahkan dokumen-dokumen yang aku siapkan kepada pekerjanya, lalu aku diminta menunggu lagi sampai aku dipanggil lagi. Setelah kurang lebih 2 jam, aku dipanggil lagi. Lalu dia bilang kalau dokumennya kurang, jadi aku diminta lagi untuk menyerahkan asuransi kesehatan dan surat keterangan asli dari orangtua atau seseorang yang akan menjamin aku di Jerman. Mereka bilang agar aku datang lagi lain hari, dokumen yang aku bawa itu mereka simpan.

Aku menyiapkan lampiranm asuransi kesehatan dan menunggu surat dari orangtua yang dikirim per post, karena harus asli dan memakan waktu lamaaa, kalau gak salah 2 minggu baru sampai suratnya. Setelah 2 surat itu aku miliki, aku antri dari subuh lagi untuk menyerahkan dokumen tersebut. Setelah menyerahkan dokumen, pekerjanya bilang kalau aku akan dihubungi lagi per email kalau sudah ada keputusan. Jadi akui hanya menunggu email.

1 bulan berlalu, masa visa Aupair ku hanya tinggal 1,5 bulan lagi, au belum dapat kabar juga dari kantor imigrasi. Mereka juga gak menuliskan nomor telepon di website, jadi aku harus datang lagi kesana dengan antri dari subuh lagi. Aku bawa lagi semua dokumen-dokumen dengan alasan takutnya mereka lupa atau entahlah. Jadi aku bawa lagi semua dokumenj yang sudah aku serahkan sebelumnya. Saat nomorku dipanggil dan aku menjelaskan tujuanku datang, mereka ambil lagi dokumen-dokumen yang aku bawa dan mengatakan aku harus menunggu lagi sampai aku dipanggil lagi. setelah beberapa waktu, aku dipanggil lagi dan mereka bilang kalau aku gak pernah menyerahkan dokumen apapun. Yang intinya dokumen-dokumenu hilang di mereka. Jadi mereka harus urus semuanya dari awal lagi. Dan mereka bilang lagi kalau akan menghubungi aku per-email kalau sudah ada keputusan.

Setelah beberapa minggu, aku mendapat email yang berkata bahwa jaminan orangtuaku gak cukup, jadi aku harus cari jaminan lain katanya. Aku berusaha tanya ke orang-orang yang aku kenal untuk bersedia membantuku jadi penjamin, tapi juga sulit. Karena sebagai penjamin ada banyak persyaratannya. Akhirnya aku menemukan seseorang yang ingin coba ikut ke kantor imigrasi untuk bicara dengan karyawannya untuk memikirkan apakah ada jalan lain. Akhirnya, kami datang ke kantor imigrasi lagi dan berbicara dengan ornag yang mengurus visaku. Jadi, di kantor imigrasi ini, kami akan selalu mendapat orang yang sama sekali kami daftar visa. Dengan kata lain, setiap ora ng punya pengurusnya masing-masing, jadi tiap kali kami datang untuk urus visa, kami akan selalu dialokasikan ke orang yang sama. Gak selalu seperti itu, tapi hampir selalu seperti itu.

Saat bicara, kami juga bertanya, kenapa aku butuh penjamin, aku kan dapat uang gaji perbulan dan menurutku itu cukup. Lalu dia bilang itu gak cukup. Jadi dia butuh penjamin, dia juga memberi temanku yang menemaniku itu formulir apabila mereka mau jadi penjaminku dan kami diminta datang lagi kalau sudah ada keputusan, waktu itu, visa Aupairku tinggal 1 bulan lagi. Jadi waktuku gak lama juga. Diluar, temanku yang adalah suami istri itu diskusi berdua, lalu gak lama, dia bilang padaku kalau dia gak bisa jadi penjaminku, karena mereka sedang ada rencana untuk punya anak, jadi agak sedikit berat. Setelah mendengar iu, aku pulang sambil nangis, karena gak tahu lagi harus bagaimana.

Aku bertanya sana sini untuk visaku, temanku yang lain menyarankan untuk membuat sperrkonto (uang jaminan) seperti anak yang mau kuliah. Sebenernya itu agak susah buatku, karena aku tau keadaan ekonomi keluargaku yang gak akan memungkinkan aku untuk mendapat uang sebesar tu. Saat itu kalau mau kuliah harus punya uang jaminan sebesar 9080€ di bank, dan aku gak mungkin bisa punya uang sebanyak itu. Tapi, akhirnya kata temanku itu, aku harus coba tanyakan dulu, apakah bisa pakai Sperrkonto seperti anak yang mau kuliah.

Beberapa hari setelahnya, aku mendapat email balasan yang isinya itu mungkin kalau aku punya Sperrkonto, dia juga menulis banyaknya uang yang harus aku punya. Dia rincikan segalanya, gaji yang aku dapat, kebutuhan makan, rumah, dll, yang intinya dia tuliskan kalau ingin dapat visa, aku harus punya uang sebesar 10.800€ di bank. Aku hanya berpikir, gak akan mungkin. 9000€ aja susah, apalagi 10.000. Apalagi, aku hanya punya waktu 2 minggu untuk mendapat uang 10.800€ tersebut. Uang darimana. Aku hanya berdoa sama Tuhan, kalau memang Tuhan mau aku untuk tetap di Berlin, pasti Tuhan juga yang bukakan jalan, kalau nggak, yaudah, aku pulang Indo habis.

Aku coba telepon orangtuaku, bertanya apa mereka bisa sedikitnya membantu. Aku sampai nangis-nangis di telepon karena sebegitu inginnya aku melanjutkan pendidikan di Jerman tapi aku ahu saat itu gak mungkin. Orangtuaku memberiku kalau gak salah saat itu 400€, yang berarti aku sudah punya 2700€ dengan uangku. Ya, selama 2 minggu itu, aku putus urat maluku, tanya sana sini, kalau ada yang bersedia bantu aku pinjamkan uang untuk Sperrkonto. 10.800€ itu kalau di rupiahkan sekitar 170 juta. Aku telepon saudara di Indonesia juga, mereka gak mau membantu. Ya memang aku ngerti juga itu bukan suatu hal yang mudah, meminjamkan uang berjuta-juta ke seseorang.

Aku juga menghubungi beberapa teman gereja di Berlin, aku jelaskan ini itu, ada yang mau memberi ada yang nggak. Aku kumpulkan setiap euro yang mau mereka pinjamkan, ada yang mau meminjamkan 500€ bahkan sampai 4000€. Aku sangat bersyukur pada Tuhan saat itu, karena orang-orang yang mau meminjamkan aku uang, bukan orang-orang yang dekat denganku, bahkan gak pernah ngobrol denganku, hanya sering liat aja. Uang di Sperrkonto ini gak bisa diambil sekaligus, jadi aku hanya bisa ambil misalnya perbulan 300€ selama 3 tahun itu. Jadi aku juga bilang ke mereka kalau aku gak akan bisa kembaliin uangnya langsung, aku akan kembaliin bertahap. Misalnya bulan ini ke a, lalu bulan depan ke b, dst. Dan beberapa dari mereka bahkan berkata, “iya, ngerti kok. Gak apa-apa, kembaliin kapan aja kalau kamu udah punya”. Hanya 3 hari sebelum visaku habis, aku belum beli tiket pulang indo, masih ragu dan masih berusaha untuk dapetin uang itu. Bener-bener 2 hari sebelum visa Aupairku habis, aku coba lagi datang ke kantor imigrasi, aku jelaskan dan aku dikasih Fiktionsbescheinigung (visa sementara) selama 1 bulan untuk memenuhi aku mendapatkan uang tersebut. Aku nangis samapi dirumah hari itu, gak percaya kalau itu terjadi. Memang baru diberi 1 bulan tambahan, tapi untukku itu udah mujizat, karena biasanya mereka akan dengan mudahnya menolak kalau persyaratan gak terpenuhi. Memang kalau Tuhan mengijinkan, apapun yang gak mungkin menjadi mungkin.

Dalam 1 bulan itu aku terus berusaha memenuhi uang tersebut yang akhirnya aku dapatkan sebesar 10.00€ di bank. Aku kembali ke kantor imigrasi dan akhirnya mendapat visa Praktikum 3 bulan yang sesungguhnya dan akan diperpanjang setelahnya langsung 3 tahun untuk masa Ausbildung. OMG. Bersyukur banget sama Tuhan yangh udah kasih orang-orang baik yang siap membantu saat itu. Aku kira itu gak mungkin, tapi semuanya jadi mungkin. Suatu hari mungkin ada temanku yang pinjemin aku uang dan baca blog ini. Ich danke euch sooooo sehr. Sekian 🙂

Our insta is below here, any questions on another insta won’t be answered just because the other one is my personal social media and i rarely open it. Thanks 🙂

Subscribe us!

2 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s