Tiba-tiba aku ingin menceritakan tentang ujian akhir koki di Jerman, tepatnya di Berlin. Kalau di kota lain sih aku gak tau. Mungkin hampir sama juga. Waktu kamu sudah ada di 3. Lehrjahr Ausbildung (tahun ketiga ausbildung ; tahun terakhir) biasanya itu adalah saat yang paling menegangkan. Karena kamu mulai harus mempersiapkan ujian akhir kamu.
Kenapa harus dipersiapkan? Karena susah. Ujian hanya diadakan 2x. 1x untuk ujian tertulis dan 1x untuk ujian praktek. Kalau salah satunya tidak lulus ya kamu jadi harus mengulang ausbildung lagi selama 3-6 bulan sampai ujian ulang lagi. Lalu, banyak juga yang ujian ulangnya harus bayar sendiri, maksudnya tidak dibayarkan oleh pihak hotel atau restaurant kamu bekerja, karena mereka hanya mau membayarkan ujian pertamanya saja, kalau tidak lulus jadi urusan kamu. Kan susah kalau sudah begitu. Kalau tidak salah, 1x ujian itu bisa sampai 2000€.
Apa yang harus dipersiapkan? Untuk ujian tertulis sih, bahannya semua yang sudah dipelajari selama Ausbildung, maksudnya ya, selama 3 tahun ausbildung itu, semua yang kami pelajari di sekolah. Wah.. mudah lah pasti. Hanya 4 pelajaran saja kan? Mungkin mudah kalau kamu native speaker deutsch. Hehehe. Juga waktu belajarnya tidak cukup. Kapan mau belajar kalau setiap hari kerja 8 jam, pulang-pulang udah gak ada tenaga untuk belajar lagi. Apalagi kalau hotel sedang penuh-penuhnya, 10-12 jam di hotel, bisa pulang kerumah dengan berjalan normal saja sudah cukup membahagiakan. Haha.
Kalau aku sih waktu dulu, karena aku tahu, itu hal terakhir yang harus aku lakukan agar bisa lulus, jadi aku belajar mati-matian. Aku keluarkan semua catatan dari tahun pertama sampai tahun ketiga, lalu membuat ringkasan untuk setiap mata pelajaran. Hal itu sudah aku mulai saat aku mulai memasuki tahun ketiga, setiap pulang kerja.
Lalu, untuk ujian prakteknya, pada hari kami ujian tertulis, kami mendapatkan tanggal kapan kami ujian praktek. Ujian praktek itu sendiri dibagi dalam beberapa kelompok, yang satu kelompoknya terdiri dari 35-40 orang. Lalu, satu bulan seelum ujian praktek, kami mendapatkan pos yang isinya bahan-bahan yang harus kami pakai untuk ujian praktek. Jadi, kami tidak bisa masak sembarangan, tapi harus menggunakan bahan yang ada.
Saat ujian tertulis sih cukup menegangkan. Ujian diadakan di satu Messe yang terbesar di Berlin. Pada beberapa ruangan Messe yang sangat besar, sudah ditaruh kursi-kursi dan meja-meja untuk ujian. Total calon koki yang ikut ujian waktu aku ujian mungkin lebih dari 1000 orang. Sesampainya disana, aku harus mencari mejaku, yang entah ada di bagian gedung sebelah mana. Maka dari itu, aku datang ketempat ujian 1 jam sebelum ujian mulai.
Setelah tahu dimana mejaku berada, aku masih harus menunggu beberapa menit sebelum diperbolehkan masuk kedalam ruangan sambil sedikit mengulang pelajaran yang aku pelajari. Saat pintunya mulai dibuka, perasaan tegang kembali muncul. Aku duduk di kursiku sambil berdoa supaya aku bisa lulus. Seperti yang sudah diceritakan pada Ausbildung koki di Jerman!!, Kami, koki mempunyai 3 pelajaran yang diujiankan. English tidak di-ujiankan. 3 pelajaran itu diujiankan di hari yang sama. Jadi, misalnya kami mulai pertama dengan TEG selama 1,5 jam, lalu istirahat 20 menit, lalu WAW 1,5 jam, dst. Dan orang yang sudah selesai diperbolehkan keluar ruangan duluan.
Ujianku berjalan cukup lancar, kecuali saat TEG. Pada mulanya aku merasa cukup percaya diri mengerjakan soal TEG. Bahkan aku selesai 5 menit lebih awal dari yang seharusnya. Tapi aku belum keluar ruangan, aku memutuskan untuk memeriksa lagi jawabanku. Dan tepat saat itu, saat aku membuka halaman belakang, aku melihat 1 lembar yang belum terjawab dan soal tersebut memiliki poin-poin tertinggi. OMG. Dalam waktu 5 menit aku masih harus menyelesaikan 4 soal essay yang jawabannya panjang dengan total poin nyaris 1/3 dari poin keseluruhan. Tanganku sampai bergetar tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku berusaha memberikan yang terbaik, menuliskan jawaban dengan tangan yang bergetar, entah salah atau benar, yang penting terisi. Tapi puji Tuhan, aku mendapat nilai 3, walaupun tidak terlalu bagus, tapi untuk 4 nomor yang hampir terlewat sih sudah luar biasa.
Setelah mengumpulkan ujian terakhir, aku mendapatkan tanggal untuk ujian praktek. Aku dapat di kelompok ujian paling awal. Menurutku sih lebih baik begitu, karena jadinya, aku tidak memikirkan ujian lagi saat teman-temanku yang lainmungkin masih memikirkan ujian. Hehehe.

1 bulan sebelum ujian praktek, aku mendapatkan pos berisi bahan-bahan yang harus aku gunakan. Sayangnya tidak ada foto, jadi tidak bisa aku tunjukkan. Pokoknya, masing-masing dari kami pasti mendapat 2 jenis ikan dan udang atau mussel untuk appetizer, lalu daging dan sayauran untuk main course, dan buah atau berry untuk dessert. Lalu kami harus memikirkan sendiri, dengan bahan yang kami dapatkan tersebut akan dibuat menjadi apa. Kalau yang mau tahu aku bikin apa, bisa dilihat fotonya di Ausbildung koki di Jerman!!
Aku latihan sekitar 2-3 kali di hotel untuk menuku. Boleh berkali-kali juga sebenarnya, tapi tidak ada waktu untuk itu. Aku memperlihatkannya terlebih dulu dengan head chefku, agar dia bisa mengkoreksi atau melihat apakah menu yang aku buat sudah cukup oke. Lalu bahasa, sudah benar atau belum, dll. Tempat dimana kamu ausbildung diwajibkan untuk membantu saat persiapan ujian, walaupun mungkin tidak semua tempat seperti itu, banyak juga yang malas untuk membantu azubi nya, beruntung ditempatku bekerja, aku bisa berlatih sesering mungkin asal tidak mengganggu jam kerja.
Pada hari ujian, kami diminta datang pada pukul 11, hal pertama yang harus dilakukan adalah menuliskan cara pembuatan lengkap menu yang sudah kami buat dalam waktu 30 menit. Buatku sih sangat tidak cukup waktunya. Aku tidak sampai selesai menulis. Lalu dilanjutkan dengan ujian lisan. Kami dipanggil satu persatu kedalam ruangan dan harus menjelaskan mengenai menu yang aku buat, lalu mereka mengajukan beberapa pertanyaaan, yang misalnya, apa alkohol yang pas untuk dessert. atau misalnya, jika ada tamu yang memiliki gluten alergie, bagaimana kamu mau menggantinya? dll. Setelah selesai, kami boleh ganti baju koki, harus lengkap dan warnanya harus putih semua kecuali celana. Topi, Schürze, Schal, dll harus berwarna putih.
Akhirnya kami boleh masuk ke dapur, setiap orang hanya mendapat tempat sekitar 2 meter dengan2 buah kompor serta 1 mini oven. Pada setiap tanggal ujian praktek akan ada sekitar 40 peserta, tapi pada hari H dibagi lagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing isinya 5 orang dan tiap kelompok diawasi oleh 3 pengawas. Mulai saat ini menjadi sangat sangat menegangkan. Dengan 3 pengawas yang seringkali bertanya pertanyaan yang bikin konsentrasi hilang atau pertanyaan yang membuat kita bertanya-tanya apakah cara masak yang aku lakukan benar atau salah.

Kami diberi waktu 5,5 jam untuk menyelesaikan menu kami. Akan ada tamu-tamu yang ekstra diundang untuk menilai masakan kami. Jadi masakan kami akan benar-benar dimakan dan dinilai oleh tamu juga pengawas. Kalau kamu pikir 5,5 jam itu banyak. Wah, salah besar, karena semua bahan yang kami dapatkan benar-benar murni. Misalnya, ikan, ya ikan. Bukan ikan filet. Ayam, ya ayam. Kalau kamu butuh dada ayam, ya harus filet sendiri dll.

Dan untuk appetizer, kami diwajibkan untuk membuat terrine. Kalau mau tahu apa itu terrine, lihat saja di google. Dan membuat terrine itu gampang-gampang susah. Yang pasti, butuh waktu sekitar 1-1,5 jam sendiri hanya untuk terrine, belum lagi dessert yang takutnya belum mengeras dalam 5 jam itu. Hehehe. Kebersihan dan kerapihan juga harus sangat diperhatikan karena memiliki poin yang sangat tinggi. Namanya juga kerja di dapur, jadi kebersihan sangat diperhatikan. Setelah selesai juga kami bersama-sama membersihkan dapur.
Setelah 5,5 jam, kira-kira pukul 9 malam, kami dipanggil satu-persatu untuk diberitahu, lulus atau tidak. Aku? puji Tuhan aku lulus, walaupun nilainya tidak sebaik yang aku inginkan, tapi lulus ya lulus. Hehe. Sekian ceritaku saat ujian. 🙂